Tahapan Menulis yang Bantu Kamu Atasi Writer’s Block

Spread the love
Sumber foto: Lukas Bieri/Pixabay

Dalam makna sederhana, writer’s block dapat diartikan sebagai kondisi di mana penulis mengalami hambatan menulis. Hambatan ini membuat si penulis terhenti dalam melanjutkan tulisannya.  Menurut Poff, penulis yang mengalami writer’s block bukan berarti dia tidak memiliki keinginan untuk menulis, tapi karena penulis tersebut merasa gagal dalam menghasilkan suatu teks (Bastug, 2017:605).  

Menurut M. Castillo dalam American Journal of Neuroradiology (2014), writer’s block atau kebuntuan menulis lebih cocok disebut sebagai hambatan kreatif, sebagaimana pernah dialami oleh para penulis pada era romantisisme yang kemudian berkembang pada gerakan simbolisme di Prancis dan tradisi penulisan novel di Amerika.

Ada banyak hal yang menyebabkan seorang penulis mengalami writer’s block Menurut tulisan Castillo, hal itu bisa diakibatkan oleh ketiadaan inspirasi, sakit, depresi, tekanan finansial, dan ketakutan untuk gagal. Lachs (2018) dalam Rahmat (2020) juga menyatakan bahwa writer’s block terjadi akibat faktor ketakutan, sifat perfeksionis, kritik yang terlalu keras terhadap diri sendiri, dan tekanan eksternal.

Hampir mirip dengan pernyataan Lachs, sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang psikolog klinis bernama Jerome Singer dan Michael Barrios, menyimpulkan bahwa ada empat penyebab terjadinya writer’s block. Di antaranya adalah (1) perasaan takut karena mencoba membandingkan antara diri sendiri dan penulis lain; (2) kurang mendapatkan motivasi eksternal; (3) tidak paham tujuan menulis secara internal; dan (4) terlalu keras mengkritik tulisan sendiri.

Tahapan Menulis

Pada kesempatan kali ini, saya ingin membahas penyebab keempat yakni terlalu keras mengkritik diri sendiri dan kaitannya dengan lima tahapan menulis. Mereka yang terlalu keras mengkritik diri sendiri atau karyanya sendiri nisyca menimbulkan perasaan tidak nyaman seperti tidak percaya diri. Kondisi yang membuat seseorang akan terus terpuruk writer’s block pada tanpa jeda. Mengkritik tulisan sendiri itu baik, tapi jika berlebihan justru mendatangkan efek negatif tersendiri.

Tulisan yang jelek memang patut dikritik. Namun, kritik yang dimaksud harusnya membuat seorang penulis makin giat mengasah diri. Banyak di antara penulis yang kurang memahami lima tahapan menulis sebagai upaya mengasah diri guna meningkatkan kualitas menulis ke arah yang lebih baik. Kelima tahapan menulis tersebut adalah pre-writing, drafting, revising, editing dan publishing. 

Tahap Pre-writing

Bagus dan jeleknya sebuah tulisan pada dasarnya terletak pada tahap pre-writing ini. Tahap ini memungkinkan Anda untuk mempersiapkan segala hal tentang tulisan yang hendak Anda tulis. Karena dianggap sebagai tahap persiapan maka di tahap ini Anda memang belum benar-benar menulis.

Bahkan dalam beberapa keadaan, tahap pre-writing ini terbilang tahap yang paling lama menyita waktu. Oleh sebab itu, dibutuhkan kesabaran ekstra ketika Anda berada pada tahap pre-writing ini.

Waktu yang terbilang lama bagi setiap penulis akan berbeda-beda. Bagi penulis kawakan tentu saja menulis artikel 1.000 kata cukup beberapa menit saja berada di tahap ini. Namun, pada penulis pemula, menulis artikel 1.000 kata pasti butuh beberapa hari dalam menuntaskan tahap pre-writing ini.

Nah, setidaknya ada 10-13 hal yang perlu Anda lakukan ketika berada pada tahan pre-writing ini.  Hal-hal yang perlu Anda lakukan ini juga yang menjadi alasan lamanya waktu dalam proses pre-writing. Salah satu dari ketiga belas hal itu adalah membuat kerangka karangan. Di waktu mendatang akan kita bahas ketiga belas perihal pre-writing ini. 

Tahap Drafting

Tahapan ini merupakan tahapan Anda mulai menulis. Menulis yang dimaksud adalah menulis berdasarkan kerangka karangan yang telah Anda buat pada tahap sebelumnya. Proses drafting sejatinya masih terkategori tulisan buram, tulisan kasar atau tulisan acak. Oleh sebab itu, jangan berharap tulisan Anda langsung sempurna dalam sekali duduk.

Proses drafting justru kebalikan dari proses pre-writing. Anda harus menulis secara cepat dalam kurun waktu tertentu sesuai kerangka karangan. Semisal, hari ini Anda terjadwal menulis satu halaman dalam kurun waktu 15 menit maka pastikan Anda tuntas menulis satu halaman dalam waktu tersebut.

Oleh sebab itu, menulis cepat pada tahap drafting ini memang harus memenuhi dua unsur. Pertama, unsur bahan bacaan. Kedua, unsur benar dan salah. Anda tidak akan mampu menulis secara cepat kalau tidak membaca bahan-bahan terkait. Maka pastikan Anda membaca bahan-bahan yang dibutuhkan sebelum proses drafting dimulai. Sementara unsur benar dan salah ini maksudnya adalah agar Anda mengabaikan benar dan salah, nyambung atau tidaknya tulisan Anda, bahkan logis atau tidaknya alur cerita yang Anda tulis. Tugas Anda hanyalah menulis secara cepat hingga halaman tercapai sesuai waktu yang ada.

Bukan sebuah keputusan yang bijak bila Anda memberikan kritikan keras terhadap tulisan Anda bila tulisan tersebut masih berada pada tahap drafting ini. Karena pada tahap ini, Anda tidak dituntut untuk mengoreksi dan melakukan penilaian terhadap tulisan yang ada.

Tahap Editing

Kalau pada tahap sebelumnya pengecekan sebatas garis besar kerangka karangan maka tahap editing merupakan tahapan yang jauh lebih spesifik. Anda diminta memeriksa beberapa hal spesifik mulai dari pengecekan typo, pengecekan kebahasaan, pengecekan data dan fakta yang disajikan, pengecekan konsistensi hingga pengecekan legalitas dan kepatutan.

Tahap ini menjadi sangat penting dilakukan sebab akan menjadi tolok ukur tahap selanjutnya. Penulis dengan tulisan yang mengandung banyak kesalahan typo misalnya, cenderung memiliki peluang sangat kecil untuk tulisannya dimuat pada surat kabar atau majalah tertentu. Dalam sayembara menulis terkadang kesalahan data dan fakta kerap menjadi pemicu utama karya Anda gagal duduk dalam jajaran bangku pemenang.

Itu sebabnya, keterampilan swasunting menjadi keterampilan yang patut dimiliki oleh semua penulis. Karena tulisan tanpa swasunting akan mengundang banyak masalah ketika hendak dipublikasi ke berbagai media.  

 Tahap Publishing

Kini tibalah kita pada tahap akhir dalam proses menulis yakni menerbitkan tulisan. Proses penerbitan tulisan ini juga sangat bervariasi. Tergantung pada media publikasi yang disasar. Media publikasi cetak tentu memiliki sejumlah syarat dan kriteria yang berbeda dengan media publikasi digital. Maka dari itu, penting bagi penulis memahami syarat dan kriteria dari tiap media publikasi yang dituju.

Sekalipun tulisan Anda terbilang baik, tapi kalau Anda salah dalam memahami syarat dan kriteria maka kemungkinan besar tulisan Anda akan sulit dipublikasikan. Sebagai contoh, surat kabar dengan ruang yang sangat terbatas untuk publikasi artikel, umumnya menerima tulisan dengan panjang 3-4 halaman A4 dengan fon Times New Romans 12 PT. Namun, jika Anda mengabaikan hal tersebut dan mengirimkan artikel sepanjang 6-7 halaman maka sudah bisa dipastikan bahwa artikel tersebut akan sulit dimuat pada surat kabar yang diinginkan.

Kelima tahapan ini menjadi sesuatu yang tidak boleh Anda abaikan. Berbagai hambatan, utama hambatan teknik, akan dapat teratasi jikalau Anda benar-benar menjalani tahapan demi tahapan yang ada. Anda dapat memeriksa kembali, ketika mengalami kebuntuan dalam menulis, pasti ada tahapan yang terlewatkan begitu saja. Kemungkinan besar Anda pun tidak melakukan tahapan yang ada secara optimal sehingga kebuntuan menulis senantiasa Anda temui secara terus-menerus.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *