Motivasi Menulis ala Edwin Locke

Spread the love
Sumber foto: Mdjaff/Freepik

Dr. Edwin Locke—Psikolog asal Amerika—termasuk tokoh yang jarang dikenal di kalangan umum. Padahal teori motivasi yang ia cetuskan, berkisar tahun 1968-an ini, telah memberikan warna khas dalam dunia psikologi. Sedikit berbeda dengan Abraham Maslow, Locke lebih menekanan pada pentingnya memahami suatu tujuan agar individu dapat termotivasi.

Motivasi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Akar kata motivasi sendiri berasal dari bahasa latin yaitu movore, yang artinya adalah gerak atau dorongan untuk bergerak. Sementara itu, dalam bahasa Inggris, motivasi dikenal dengan sebutan “motive” yang artinya daya gerak atau alasan.

Teori motivasi yang Locke temukan ini lazim dikenal dengan istilah goal setting theory. Konsep dasar dari teori ini adalah setiap individu akan termotivasi ketika memahami tujuan yang hendak dicapai. Di mana karakteristik dari goal setting theory ini berpusat pada tingkat kesulitan tujuan. Di lihat dari sisi kreativitas dan cara mencapainya, semakin tinggi tujuan yang hendak digapai maka semakin besar motivasi yang dihasilkan. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah tujuan yang ingin dimiliki maka semakin kecil motivasi berkreasi, berpikir dan cara mengembangkan kemampuan pada invididu.

Mengenai goal setting theory ini,  pada tahun 1990, Dr. Edwin Locke berkolaborasi dengan Dr. Gary Latham dari Universitas Toronto. Mereka memublikasikan tulisan berjudul “A Theory of Goal Setting & Task Performance.” Mereka merumuskan lima prinsip dasar agar sebuah goal dapat memotivasi. Berikut adalah kelima prinsip tersebut.

#1. Kejelasan (Clarity)

Tujuan yang jelas membantu Anda untuk lebih termotivasi. Begitu pula dengan menulis, semakin jelas Anda memahami tujuan maka semakin produktif dan semakin baik tulisan yang Anda hasilkan.

Secara umum, tujuan menulis itu terbagi dua yakni tujuan praktis dan idealis. Tujuan praktis adalah tujuan yang dapat dicapai secara nyata dalam waktu dekat. Misalnya, menulis buku setebal 100 halaman A4.  Sementara tujuan idealis yakni tujuan yang dapat dicapai secara berkesinambungan dan umumnya digapai dalam kurun waktu lebih lama. Misalnya, menulis dengan tujuan untuk berdakwah, dll.

Kejelasan dalam memahami tujuan menulis secara praktis tidak dapat ditulis hanya sebatas ingin menulis buku setebal 100 halaman A4 saja. Anda perlu membuatnya lebih detail dan terukur. Faktor detail ini dapat berupa waktu, jenis genre atau media publikasi.

Berikut beberapa contoh tujuan menulis yang jelas.

  • Menulis buku motivasi Islami setebal 100 halaman A4 untuk diterbitkan di Penerbit Mizan pada Februari 2024.
  • Menulis sebanyak 5 judul puisi setiap Minggu.
  • Menulis 500 kata artikel setiap pukul 07.00 Wib.

#2. Menantang (Challenge)

Tujuan yang ditetapkan haruslah tujuan yang menggoda Anda untuk bertindak. Bukan malah membuat Anda tertekan. Maka dari itu, tujuan yang menantang haruslah selaras dengan nilai-nilai (values) yang berlaku pada diri Anda. Jika Anda menilai bahwa menulis cerpen jauh lebih cocok bagi Anda maka awali karier menulis Anda dengan menulis cerpen.

Jangan terlalu gegabah untuk menulis novel sementara Anda sebenarnya lebih  nyaman untuk menulis cerpen. Justru ketika Anda masuk pada zona yang tidak menantang atau tidak sesuai dengan value diri Anda, motivasi menulis Anda akan menurun secara drastis. Dengan kata lain, mulailah menulis dari sesuatu yang “kamu banget”.  

Lantas, apakah Anda memang tidak boleh menulis novel lantaran nilai diri Anda ada pada cerpen?

Sebenarnya boleh-boleh saja. Hanya saja, motivasi Anda akan lebih kuat di saat menulis cerpen ketimbang menulis novel. Serupa atlet sepak bola. Apakah mereka sama sekali tidak boleh belajar matematika dan ilmu sejarah? Tentu saja boleh. Namun, motivasi mereka akan jauh lebih kuat saat menggiring bola di lapangan hijau ketimbang duduk manis dengan hafalan atau berkutat dengan rimbun angka-angka.

#3. Komitmen (Commitment)

Locke menjelaskan bahwa sebuah komitmen harus berpangkal pada dua hal yakni (1) kepentingan (importance); dan (2) kepercayaan diri (self efficacy). Saat menetapkan tujuan, Anda harus bertanya kepada diri sendiri tentang mengapa tujuan tersebut penting bagi Anda?

Serupa makan tepat waktu. Mengapa penting bagi Anda makan tepat waktu? Begitupun olahraga rutin setiap pagi, mengapa begitu penting olahraga rutin setiap pagi Anda lakukan?

Tentu saja, menurut hemat saya, ini terkait dengan identitas diri yang hendak Anda bentuk. Jika Anda merasa olahraga dan makan tepat waktu secara rutin adalah hal yang penting karena Anda memiliki identitas diri bahwa Anda ingin menjadi pribadi yang sehat.  

Sama halnya dengan menulis. Penting atau tidaknya Anda menulis berangkat dari identitas Anda. Kalau Anda memiliki identitas sebagai seorang penulis maka menulis adalah hal yang wajib dilakukan secara rutin. Aktivitas menulis secara rutin akan membentuk identitas diri Anda sehingga menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya diri yang tinggi ini kemudian menciptakan motivasi yang tinggi pula.

Sederhananya, agar termotivasi dalam menulis maka latihan menulis secara rutin adalah hal yang penting. Anda harus mempunyai jadwal menulis yang tetap guna mengontrol latihan menulis secara berkala dan terukur.

#4. Umpan Balik (Feed Back)

Kalau boleh dimaknai secara bebas, saya lebih suka memaknai kata feed back ini serupa dengan reward (hadiah). Motivasi menulis akan bertambah ketika ada umpan balik seperti hadiah-hadiah kecil yang menarik. Meski sebenarnya menurut Locke, feed back ini lebih kepada evaluasi, pemberian saran dan masukan.  

Ketika feed back dimaknai sebagai hadiah maka perlu bagi Anda untuk membuat kemenangan-kemenangan kecil lewat keberhasilan menulis. Ya, kemenangan-kemenangan kecil sejatinya menerbitkan rasa motivasi di dalam diri untuk terus bertindak. Anda perlu memiliki Daftar Periksa agar dapat memantau kemenangan-kemenangan kecil yang telah diraih.  

Unduh Daftar Periksa di sini.

Namun, ketika feed back diartikan sebagai proses pemberian saran, masukan dan evaluasi maka sebuah keharusan bagi Anda memiliki mentor guna melakukan hal tersebut. Anda perlu pendampingan dari pakar terkait pemberian masukan atas usaha yang telah Anda lakukan; sudah mendekati tujuan yang dimaksud atau belum sama sekali.

#5. Kompleksitas Tugas (Task Complexity)

Arti kompleks adalah sesuatu yang mengandung unsur rumit, ruwet, sulit dan pelik. Nah, agar motivasi Anda dalam menulis tetap terjaga maka pastikan tujuan yang rumit dapat dibuat lebih sederhana. Dalam beberapa keadaan tujuan malah terkesan rumit ketika masih berbentuk bayangan di benak Anda. Oleh sebab itu, tujuan memang sebaiknya dituliskan, bukan dibayangkan.

Ketika tujuan tertentu Anda tuliskan niscaya akan membuat Anda jauh lebih mudah untuk memecahnya ke dalam tujuan-tujuan kecil. Menulis buku 100 halaman A4 selama tiga bulan merupakan tujuan kompleks. Namun, menulis sebanyak satu atau dua halaman A4 per hari terasa lebih ringan dan mudah. Melakukan hal yang lebih sederhana dalam beberapa keadaan justru membuat Anda jauh lebih termotivasi.

Demikian kiranya motivasi terbentuk ala Edwin Locke. Anda yang terpikat untuk terus mengumpulkan motivasi menulis ala Locke ini baiknya bermula dulu dari tujuan. Semakin jelas Anda memahami tujuan yang ada maka semakin besar motivasi yang Anda hasilkan untuk produktif dalam berkarya.  

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *